Selasa, 29 Januari 2013

DownHill sepeda dan peralatan

Downhill tubuh baju besi untuk orang dewasa dan anak-anak.
sepeda berat antara 14 sampai 19 kg (30 sampai £ 42), dan biasanya fitur penuh suspensi dan geometri frame yang bersandar jauh (pemalasgeometri) dari sepeda gunung lainnya. Pada 2006, 203 mm (8-inci) adalah 'norma'untuk perjalanan suspensi namun beberapa sepeda gunung yang tersedia secara komersial besar Freeride dapat memiliki lebih dari 300 mm (12 inci). Berdiameter besar 203-5 mm (8-inci) rem cakram hidrolik kecepatan sedang. Downhill Freeridesepeda dan sepeda yang serupa tetapi ada beberapa perbedaan kecil. Downhillsepeda balap biasanya jauh lebih rendah dan memiliki sudut kepala pemalas darisepeda Freeride, sehingga motor lebih stabil pada kecepatan dan di sudut-sudut.Freeride sepeda memiliki geometri curam dan tinggi braket bawah lebih tinggi,sehingga mereka lebih baik untuk keseimbangan dan manuver, namun sepedakadang-kadang menggunakan garpu Freeride mahkota tunggal, yang lebih pendekpanjang perjalanan dan lebih ringan dari garpu mahkota ganda sering digunakan olehpengendara menurun , garpu mahkota ganda biasanya memiliki sekitar 200 mm(8-inci) dari perjalanan, dan garpu mahkota tunggal biasanya sekitar 180 mm (7 in)maksimum.
Downhill gigi fitur pelindung tubuh dan wajah penuh tipe helm motorcross. Alat pelindung lain seperti penyangga leher dapat ditambahkan untuk mengurangi risiko(dengan membawa kepala untuk berhenti dikontrol) [6] leher dan cedera tulang belakang.
Artikel utama
: sepeda Downhill
Ras modern menurun 
 

teknik dasar bermain "Down Hill"

Sepeda gunung merupakan salah satu olahraga extreme yang sekarang ini banyak diminati oleh para pesepeda di dunia. Banyak diantara mereka yang beralih tunggangan ke sepeda gunung. Akan tetapi, sebelum kita melaju di trek-trek downhill, akan lebih baik jika kita mengetahui dan memahami teknik-teknik yang wajib dikuasai oleh para rider MTB seperti yang dipaparkan oleh Hans Rey kepada majalah cycling berikut ini :

1. Di lintasan miring yang licin
Menyusuri lereng gunung atau bukit yang miring memerlukan teknik tersendiri. Karena salah-salah ban malahan kehilangan traksi. Parahnya lagi bagi yang tidak tahu dan menekan rem kuat-kuat dalam situasi seperti ini, yang ada sepeda berikut ridernya merosot ke bawah. Untuk iti, di dunia ini selalu ada trik, jangankan hanya untuk melewati trek off camber (lintasan miring yang licin).
Nah bagaimanakah caranya?? Perlakukan trek off camber itu layaknya seperti ketika menghadapi tikungan saja. Hindari menggenjot saat sedang melewati trek seperti ini. Tentukan dulu kecepatan sepeda sebelum memasuki trek. Bila terpaksa harus menggenjot, lakukan perlahan-lahan dengan halus. Pusatkan berat tubuh ke pedal. Teknik ini sangat efektif menjaga ban tetap menggigit tanah. Cukup berdiri di atas pedal, dan terus menggenjot sampai melewatinya. Selalu ambil jalur tengah. Hindari mengambil bagian atas trek, karena begitu ban depan sepeda menajak akan menyebabkan tubuh Anda terhempas ke tepi jurang. Yang lebih tragis lagi Anda terpaksa menyaksikan sepeda kesayangan jatuh terperosok ke jurang.
2.    Kapan menggunakan rem depan
Mayoritas turunan  single track  memiliki ‘braking bump’ di bawah tiap tikungan tajamnya bagi mayoritas rider yang  ‘paranoia’ menekan rem belakang. Tapi sebenarnya yang dapat menghentikan, atau mengurangi laju sepeda pada turunan, hanyalah rem depan. Kuasai rem depan dan Anda akan menjadi “master bersepeda”. Sesanya hanya menggenjot.
Caranya? Mulailah dengan menempatkan satu jari di brake lever depan dan dua untuk belakang. Dengan begini, saat panik Anda tidak akan menekan rem ‘berlebihan’.
Biasakan mengerem sebelum memasuki tikungan atau turunan tajam. Rem depan tidak akan selip walau ditekan kuat-kuat selama tidak dalm posisi menikung.
Hindari men-drag remselama turun, karena hal itu hanya akan membuat suspensi terasa kasar dan mengeluarkan sepeda dari jalur. Tanpa rem, sepeda dapat menikung serta dikendalikan dengan baik.
Gunakan rem seperlunya, itu juga dengan interval yang pendek-pendek untuk mengendalikan turunnya sepeda. Pelankan laju sepeda saat menghadapi medan licin dan kurang traksi. Lepaskan rem untuk melaju di ‘technical section’. Ini mungkin bertentangan dengan logika berpikir Anda, tapi nyatanya tidak.
Banyak biker yang melibas medan-medan mudah dengan kecepatan penuh. Akibatnya, pad bagin ‘technical’ mereka akan melaju tak terkendali. Perhatikn traksi yang mungkin didapat saat menggunakan rem depan. Tumpuan berat ada di ban depan saat turun. Artinya rem depan harus lebih banyak digunakan ketimbang belakang agar ban tidak selip. Pasang telinga untuk mengetahui apakah ban ‘ngesot’.



3.    Melewati rintangan

Batu, kayu, atau objek apapun yang lebih tinggi dari as roda depan bisa dilewati tanpa harus turun dari sepeda [lalu mengangkatnya].
How? Kayuh sepeda perlahan. Yang perlu dicermati adalah momentum, karena tanpa momentum tidak mungkin Anda dapat melewati rintangan tersebut. Ketika mendekati rintangan, condongkan badan kebelakang, lalu tarik setang untuk mengangkat ban depan. Begitu ban depansudah berada di atas rintangan, giliran menyondongkan tubuh ke dapan dan pindahkan tumpuan berat tubuh ke setang.
Tanpa adanya beban di bagian belakang akan ikut terangkat. Semua dilakukan dengan cepat, jangan sampai ban belakang membentur rintangan terlebih dahulu.

4.    Melompati celah

Melewati celah di lintasan menjadi mudah bila Anda menguasai teknik melewati rintangan seperti di atas. Caranya mirip : kayuh sepeda dengan kecepatan rendah. Anda memerlukan momentum yang cukup agar ban belakang bisa selamat sampai seberang.
Condongkan tubuh ke belakang, tarik setang dan angkat ban depan sekitar dua kaki di atas permukaan trail. Lakukan ini beberapa saat sebelum ban depan jatuh memasuki celah.
Begitu ban depan sepeda terangkat, saatnya tiba untuk memindahkan berat tubuh ke depan. Dengan begini ban belakang tidak memiliki beban, dan dengan dibantu momentum maka ban belakang akan ikut terangkat melewati celah.

5.    Di trek berbatu

Sama seperti lintasan lainnya, lintasan berbatu juga banyak macamnya, mulai dari yang mendatar, menanjak, sampai menurun. Berbeda-beda tapi satu juga. Maksudnya walau jenisnya banyak,  tapi pada dasarnya cara melewatinya sama seperti lintasan lainnya.
Menjelang trek berbatu, suspensi dapat mengurangi kecepatan sepeda Anda, terutama pada kecepatan rendah. Pada kecepatan sepeda setara orang berjalan, sepeda akan berhenti saat menghantam batu besar. Jaga kecepatan Anda dan persiapkan tubuh bagian atas untuk menahan guncangan.
Pilihlah jalur yang sedikit ‘lebih baik’, artinya permukaan batuannya tidak terlalu menjulang disbanding sekitarnya. Di trek seperti ini yang namanya menghantam batu besar sangat sulit dihindari, namun sebisa mungkin pilih jalur yang lurus.
Kayuhlah sepeda dengan posisi gear satu tingkat lebih tinggi dari posisi gigi yang biasa Anda gunakan pada saat melintasi jalan rata. Tujuannya agar ban belakang tidak spin saat Anda kehilangan keseimbangan.
Selalu siapkan diri untuk pindah jalur. Lihat ke depan agar tidak kehilangan arah tujuan. Kalau sampai keluar jalur, tetap awasi trek yang telah ditetapkan sebelumnya. Kayuh pedal dengan halus dan kembali ke jalur pertama Anda.
Yang paling baik sebenarnya terus mengayuh di sepanjang trek, namun di lapangan semua bisa berubah. Bila harus menggunakan rem, tekan kedua brake lever bersamaan [catatan: teknik ini hanya dianjurkan pada trek dengan permukaan batu kecil; saat menemui batu besar disarankan untuk tidak menggunakan rem]. Satu hal lagi: bila ban depan berhenti teruslah kayuh.



6.    Trek berpasir

Trek berpasir menghabiskan banyak tenaga untuk melewatinya. Disamping itu masih banyak efek negatif bagi rider dan sepedanya, seperti sulitnya membelokkan setang, serta ban belakang yang terhisap makin dalam setiap kali kita mengayuh pedal.
Trik paling mudah, pakai ban lebar ber-tread kecil. Namun bagaimana trek berpasir hanya seperempat dari total trek keseluruhan? Tentunya banyak rider meninggalkan ban jenis ini dan memilih menggunakan ban normal.
Berbeda dengan ban pasir yang dapat dengan mudah melewatinya, pada ban normal dibutuhkan teknik khusus untuk dapat melewatinya.
Cara termudah adalah dengan mengikuti jejak ban rider lain. Atur kecepatan sepeda dan posisikan ban sepeda tepat pada jejak. Kayuh pedal dengan halus, jaga keseimbangan agar ban tetap berada dalam jejak. Jangan memberi tekanan pada setang, biarkan setang mengikuti jejak yang ditinggalkan.
Bagaimana kalu tidak ada jejak? Gampang: jaga keseimbangan tubuh agar berada di tengah antara ban depan dan belakang, serta jaga agar berat tubuh tidak tertumpu pada sadel. Lewati trek pasir dengan gear rendah dan chain-ring tengah, sehingga Anda tetap dapat mengayuh kuat.
Anggaplah trek berpasir ini seolah permainan, jangan pernah menyerah sampai Anda jatuh. Bangunlah lagi, maikan lagi!

7.    Turunan




Rider yang ‘sedikit’ berani akan melahap drop-drop kecil, namun banyak juga yang turun dan mengangkat sepedanya sambil berlari-lari, dengan harapan menghindari endo (roda belakang terangkat). Melewati drop membutuhkan lebih dari sekedar kecepatan dan komitmen.
Dekati drop dengan kecepatan setara orang berlari__bisa lebih cepat kalu di bawah hanya ada sedikit objek. Begitu berada tepat ditepian drop, mundurkan badan ke belakang, hentakkan setang untuk mengangkat ban depan sekitar enam inci dari permukaan.
Lutut dalam keadaan menekuk dan pedal pada posisi horizontal terhadap permukaan landasan. Dijamin pendaratan Anda akan mulus.
Teknik ini bisa diaplikasikan untuk drop dengan ketinggian hingga satu setengah meter. Pelajari [dan latih] teknik ini disekitar rumah Anda dulu, sebelum mempraktekkannya di lintasan sesungguhnya nanti.



8.    Tanjakan

Banyak rider yang lebih memilih menghindari jalan menanjak. Namun segala sesuatu yang naik, pasti akan turun bukan? Jadi jangan khawatir, akan ada ‘bonus’ turunan menanti, tiap kali Anda melewati tanjakan. Jadi ketimbang menghindarinya, lebih baik melahapnya.
Sebelum tiba dio tanjakan, pasang gearing position di level rendah. Turunkan gear ke bawah untuk memberi Anda momentum dan kecepatan dibagian awal tanjakan. Lalu tentukan sejak awal jalur yang akan Anda lewati.
Tetap duduk di sadel. Begitu memasuki bagian curam, maju dan duduki bagian hidung sadel (nose). Condongkan tubuh bagian atas ke depan untuk menjaga agar ban depan tetap menjejak di tanah. Sekali lagi, jangan sekali-kali berdiri.
Mengayuh saat duduk di nose sadel memang amat sangat menyiksa. Utamanya bagi otot paha bagian depan, karena kaki tidak merenggang dengan baik. Namun dibalik itu, sebenarnya posisi ini membantu memberi traksi ke ban belakang.
Jangan menyerah bila ban belakang spin (berputar tanpa traksi). Pindahkan tumpuan berat ke belakang dan terus mengayuh.

9.    Turun melewati celah

Bekas jejak [sepeda] downhill seringkali menimbulkan bekas mendaln di turunan. Menghindari jejak ini merupakan cara terbaik, namun tak jarang pula kita mau tak mau harus melewatinya.
Sebelum menjajal celah (rut) besar. Berlatihlah dengan rut yang lebih kecil. Hal ini sangat penting untuk membiasakan keseimbangan di atas sepeda.
Satu lagi, sebelum turun dengan kedua kaki di pedal, coba dulu dengan salah satu kaki turun. Bila rut berbelok ke kanan, turunkan kaki kanan, begitu pula sebaliknya. Tetap dalam posisi duduk, mundurkan tubuh ke belakang dan gunakan rem belakang lebih banyak dari biasanya. Pemakaian rem depan yang berlebihan menyebabkan ban depan kehilangan kemampuan manuvernya. Biarkan ban depan terus berjalan. Selalu melihat ke depan dan hindari menatap ke bagian depan bawah sepeda.
Bila Anda kehilangan keseimbangan, jangan ragu untuk menurunkan kaki sebelah. Namun ingat untuk selalu menempatkan satu kaki di pedal.

10.    Tikungan tajam

Tikungan tajam (switchback) sangat sering dijumpai saat Anda bermain MTB. Tak jarang, saking tajamnya, bentuk tikungan bisa mendekati putaran 180 derajat alias balik arah.
Ada dua teknik yang bisa digunakan untuk melakukan switchback. Yang pertama mengangkat ban belakang dengan menekan rem depan, lalu mengangkat ban depan sebagai pivot. Kedua melaluinya seperti melalui tikungan biasa. Teknik yang kedua ini yang akan dibahas.
Dekati tikungan dengan kecepatan pelan. Sering-sering gunakan rem depan dan belakang bersamaan. Berat ditumpukan ke kedua ban.
Lalu, putar setang dengan tajam. Kuncinya adalah dengan melakukan putaran sebelum memasuki bagian kedua putaran. Condongkan tubuh ke depan. Lihat ke sekeliling tikungansampai trek turun di bawah, dan biarkan gravitasi menuntun sepeda Anda.
Kebanyakan rider memilih untuk berdiri di atas pedal ketimbang duduk, terutama saat switchback menanjak. Bedanya, pada  switchback menanjak, tumpuan berat lebih ke ban belakang untuk memberi traksi. Biarkan ban depan bergerak kemana-mana asalkan ban belakang memiliki traksi.
Karena kecepatan Anda pasti lambat, tidak perlu menyondongkan badan. Kendali sepeda cukup dilakukan melalui setang.

Gimana gan dengan tips and trik di atas oke kan? Semoga bermanfaat dan kalian bisa mencobanya. Oke

Selasa, 22 Januari 2013

FREE RIDE

Salah satu video Down Hill

Mountainbike

  • Cross Country (XC)
  • Dirancang untuk medan yang tidak terlalu ekstrem (ringan), sepeda jenis ini hanya mempunyai suspensi depan atau tanpa suspensi sama sekali. Karena hanya memiliki suspensi depan biasanya sepeda gunung jenis ini dikategorikan sebagai rigid frame. Didesain agar efisien dan optimal pada saat mengayuh ditanjakan, di jalan aspal hingga jalan tanah pedesaan. Sepeda jenis ini sangatlah disarankan bagi pemula yang ingin memulai bermain sepeda MTB.
    • All Mountain (AM)
    Biasa dipakai untuk jalur perpaduan antara Cross Country (XC) dan Down Hill ringan (light DH). Didesain untuk melintasi alam yang berat seperti naik dan turun bukit, masuk hutan, melintasi medan berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Memiliki 2 suspensi depan dan belakang (double suspension). Panjang suspensi belakang (rear suspension) sekitar 6 inchi dan panjang suspensi depan (fork) mulai dari 140mm s/d 160mm. Pemakai dapat melakukan pendakian gunung dengan baik (tidak berat), sekaligus juga dapat menuruni gunung dengan cepat (tidak berguncang-guncang), karena panjang suspensi yang optimal. Keunggulan sepeda jenis ini ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai.
    • Free Ride (FR)
    Dirancang untuk mampu bertahan melakukan lompatan tinggi (drop off) dan kondisi ekstrim sejenisnya. Rangkanya kuat namun tidak secepat dan selincah sepeda jenis All Mountain, karena bobotnya yang lebih berat, maka kurang cocok untuk digunakan dalam perjalanan jarak jauh dan sangat tidak cocok untuk tanjakan.
    • Down Hill (DH)
    Untuk medan yang sangat ekstrem, sepeda gunung jenis ini mempunyai suspensi ganda (double suspension) untuk meredam benturan yang kerap terjadi ketika menuruni lereng dan dapat menikung dengan stabil pada kecepatan tinggi. Dirancang agar dapat melaju cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan gunung. Sepeda jenis ini tidak mengutamakan kenyaman dalam mengayuh, karena sepeda jenis ini hanya dipakai hanya untuk menuruni lereng bukit atau gunung. Sepeda ini juga dipakai untuk perlombaan, sehingga yang menjadi titik utama dalam perancangannya adalah bagaimana agar kuat namun dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para down hiller tidak mengayuh sepeda mereka, namun sepeda mereka diangkut dengan mobil. Sangat tidak efisien jika sepeda ini digunakan di dalam kota maupun di jalur cross country.
    • Dirt Jump (DJ)
    Sepeda jenis ini awalnya dirancang untuk anak muda perkotaan, selain sebagai alat transportasi, untuk kebut-kebutan di jalan raya kota, juga digunakan untuk melakukan atraksi lompatan tinggi dan atraksi-atraksi ekstrim lainnya. Fungsi dari sepeda jenis ini sangat mirip dengan BMX, namun dengan bentuk yang diperbesar. Nama lain dari sepeda jenis ini adalah trial atau urban MTB.
    Berkas:Sepgun.JPG
    (Sepeda Gunung XC)
    http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda_gunung

    Sejarah Sepeda

    Seperti ditulis Ensiklopedia Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Perancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.
    Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa pedal tongkat itu (tatocipede) bisa bergerak tapi bagaimana? Rick Boneshaker akan menjawabnya. Katanya "Oh,ini jawabannya. Dua orang harus memutar engkol di sisi kanan dan kiri sepeda "primitif" tersebut dengan pedoman kecepatan mendekati 109 km/jam. Setelah itu, tatocipede akan bergerak sesuai kecepatan engkol berputar dengan urutan sebagai berikut: kiri,kanan,berputar,atas,depan,bawah,belakang,barat laut. Tidak sulit kan?"
    Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.
    Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan pedal khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
    Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Perancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Perancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
    Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).
    Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.
    Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.
    Berkas:Draisine1817.jpg
    http://id.wikipedia.org/wiki/Sepeda